Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Waspada Penipuan, Sebelum Terjun ke Dunia Bisnis

Waspada Penipuan, Sebelum Terjun ke Dunia Bisnis
Waspada Penipuan, Sebelum Terjun ke Dunia Bisnis.
Fraud (penipuan, penggelapan, kecurangan) semakin tinggi kuantitas kasusnya. Isu ini bagian dari pekerjaanku menjelaskan ke klien (perusahaan yang meminta), dari aspek hukum. Belum ada UU khusus mengenai fraud. 

Tetapi yang jadi concern-ku bukan belum adanya UU atau peraturan khusus mengenai perbuatan pidana yang satu ini, melainkan, dari banyak kasus, umumnya pelaku terbilang berusia muda, 35 tahun ke bawah.

Dugaanku (masih sebatas pengamatan dari kasus-kasus, bukan hasil riset ilmiah), ada dua pendorong utama. 

Pertama, pengaruh medsos (Instagram, YouTube) dan media digital lain yang sangat besar terhadap orang-orang muda, terutama konten-konten yang memamerkan kekayaan, kemewahan, dan begitu gampang menjadi kaya raya bagi kalangan tertentu. Banyak sekali orang muda yang tergiur dan mau cepat kaya, entah bagaimana caranya. Gaya hidup yang semakin mengarah ke konsumerisme dan "look like high class," semakin disukai orang muda pula. 

Pesona para "sultan," selebgram, pengacara, pebisnis digital, dll, memukau mereka dan decak kagum para netizens (followers, subscribers), menjadi dambaan. Ada keinginan kuat mendapat pengakuan (orang tajir, kaya raya, sukses) dari publik maya. 

Orientasi umumnya kaum muda kini ialah meraup uang sebanyaknya dan secepatnya, tak penting proses atau upaya yang etis dan legal. Mereka menghitung usia dan income yang 100 tahun pun kerja tak akan mungkin memiliki mobil-mobil dan rumah mewah, plus ikut gaya hidup sebagaimana life style-nya para selebgram dan orang kaya umumnya. Segala cara pun perlu dilakukan demi menggapai impian mereka, termasuk judi online, investasi virtual, dsb. 

Yang kedua, para kaum muda itu tak lagi menemukan figur-figur yang berpengaruh kuat ke dalam diri mereka (orang tua, agamawan, pejabat negara, wakil rakyat atau politisi, akademisi-intelektual). Tingginya kasus korupsi dan manipulasi uang negara dan rakyat (termasuk uangnya umat atau jemaat) serta penegakan hukum yang masih karut-marut karena aparat penegak hukum pun dinilai diskriminatif dan "bisa dibeli," membuat orang-orang (masyarakat luas) dikurung pesimisme dan sinisme. Jarang kini ada figur yang kuat dan dipercayai, yang menjadi acuan orang-orang. 

Masyarakat Indonesia sebenarnya telah lama mengalami krisis moral (terutama menyangkut kekuasaan dan jabatan) dan seperti tak punya patokan mengenai orang baik yang layak dicontoh. Dimulai sejak Orde Baru, lanjut di pasca Reformasi. 

Oportunisme dan pragmatisme kian dominan di benak masyarakat. Maka, pejabat negara yang kaya raya dan sambil pengusaha pun dianggap sah, apalagi bila mau menyumbang uang besar. Oligarki tetap kuat, negara masih dikuasai para elite dan tauke-tauke raksasa. 

Rakyat kehilangan panutan atau orang yang berpengaruh baik ke dalam diri mereka, maka tak peduli lagi etika, moral; minyak goreng, sembako pun bisa ditimbun, masker dan oksigen yang mendadak amat dibutuhkan masyarakat saat Covid-19 menyerang pun dijadikan sumber cuan, termasuk bisnis PCR, swab, antigen. 

Kasus dua anak muda (Doni Salmanan dan Indra Kenz, terkait kasus penipuan atau investasi bodong berkedok trading binary option via aplikasi Binomo) yang lagi viral karena diduga menipu banyak orang hingga puluhan miliar rupiah ini pun bukan kasus baru. Modusnya saja berbeda dan kian variatif, dengan memanfaatkan media digital dan medsos. Mereka ingin sekali mendadak kaya raya, tak peduli risiko dan minus moral, maka tak mau tahu korban mereka. 

Sebagai bapak untuk tiga putra putri, ini bagian dari kekhawatiranku. Khawatir mereka tergoda melakukan apa saja demi cuan dan ingin dianggap sukses, high class, dengan cara instan dan menempuh shortcut, tetapi melabrak hukum dan etika sosial.

Pengaruh medsos dan media digital itu tidak main-main. Saya tak bisa hanya mengandalkan ajaran agama, setidaknya upaya-upaya rasional harus kulakukan, meski tetap tak bisa kujadikan jaminan.***


Oleh : Suhunan Situmorang

*Artikel ini telah diposting di Facebook pada 10 Maret 2022 dengan judul: "Ini Bagian Dari Kekhawatiranku Sebagai Orangtua."

Post a Comment for "Waspada Penipuan, Sebelum Terjun ke Dunia Bisnis"