Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah dan Silsilah Marga Purba

 
Sejarah dan Silsilah Marga Purba
Pulo Simamora di Tipang, Bakara - Humbang Hasundutan
Horas..! Baliga ma binaligahon, barita ma binaritahon.

Silsilah adalah suatu data atau bagan yang menampilkan garis keturunan secara patrilineal. Dalam bahasa Batak disebut tarombo (taringot ompu bona).

Purba adalah nama salah satu tokoh dari Batak Toba, dan di kemudian hari menjadi marga bagi sebagian keturunannya. Di Simalungun, Purba termasuk salah satu dari 4 marga utama (Sisadapur : Sinaga, Saragih, Damanik, Purba) yang aslinya berasal dari daerah Toba. Pada masa dinasti Sisingamangaraja, Purba merupakan salah satu dari enam marga yang disebut sebagai "Sionom Ompu", yakni permusyawaratan enam marga untuk memilih Sisingamangaraja yang baru di Bakara.

Dari silsilah Raja Batak, Purba adalah generasi ke 7
  1. Raja Batak
  2. Raja Isumbaon
  3. Tuan Sorimangaraja
  4. Tuan Sorbadibanua
  5. Raja Sumba
  6. Toga Simamora
  7. Purba
Pada masa kerajaan Batak yang berpusat di Bakara, terdapat empat kerajaan utama yang disebut Raja Maropat (Silindung, Samosir, Humbang dan Toba). Salah satu diantaranya adalah Raja Maropat Humbang yang saat ini dikenal dengan nama Humbang Hasundutan. Di daerah ini, tepatnya di Tipang, Toga Simamora bermukim dan menikah dengan boru Lontung, Siboru Panggabean

Kemudian, Toga Simamora mempunyai tiga orang putra dari boru Lontung, yaitu: Purba, Manalu dan Debata Raja (yang keturunannya kebanyakan menggunakan marga Simamora). Yang lazim di Toba, anak Toga Simamora disebut hanya tiga. Versi lain mengatakan Toga Simamora merantau ke daerah Pakkat, dan mempunyai keturunan disana, yaitu Tuan Sumerham (Rambe)

Purba mempunyai 3 orang putra, yaitu:
  1. Raja Pantomhobol
  2. Raja Parhorbo
  3. Raja Sigulangbatu
1. Raja Pantomhobol, anaknya ada 3 : 
  1. Tuan Didolok
  2. Pargodung
  3. Balige Raja
2. Raja Parhorbo, anaknya ada 3 :
  1. Parhodahoda
  2. Marsahan Omas
  3. Tuan Manorsa
3. Raja Sigulangbatu, anaknya 1 : 
  1. Partaliganjang (parlangka jolo)

Pada abad ke-18, terdapat populasi ada marga Simamora dari Bakara yang merantau melalui Pulau Samosir untuk kemudian menetap di Haranggaol dan mengaku dirinya Purba. Mereka ini adalah marga Purba keturunan Sigulangbatu yang kemudian menetap di Tangga Batu dan Purbasaribu.

Selain itu, ada juga Purba Manorsa, yaitu keturunan Purba Parhorbo yang berasal dari Simamora Nabolak (dekat Sipultak Siborong-borong), Humbang Habinsaran, yang juga merantau ke Simalungun. Keturunan Simamora ini menetap di daerah tersebut dan keturunannya menganggap dirinya sebagai orang Simalungun dan bukan lagi sebagai orang Batak Toba (berbeda dengan Purba Sigulangbatu).

Purba Tanjung, Tondang dan Tambun Saribu

Purba Tanjung berasal dari Sipinggan, Simpang Haranggaol, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Beberapa sumber menyatakan bahwa "Tanjung" pada marga ini berasal dari lokasi kampung Sipinggan yang merupakan sebuah Tanjung di Danau Toba, arah Haranggaol.
Keturunan Purba Tanjung berasal dari garis keturunan Ompung Marsahan Omas (dalam bahasa Indonesia berarti Bercawan Emas, karena kebiasaannya minum dari cawan Emas), yang adalah keturunan Purba Parhorbo. Marsahaan Omas memiliki keturunan bernama Bongguran yang memiliki kebiasaan maranggir (mandi air jeruk purut) di sekitar kampung Nagori, dengan menggunakan cawan emas.

Marsahan Omas memiliki 3 keturunan:
  1. Tuan Siborna
  2. Nahoda Raja
  3. Namora Soaloon
Nahoda Raja memiliki anak bernama Raja Omo yang merupakan Purba Tanjung pertama yang bermukim di Sipinggan.

Tuan Manorsa memiliki 5 keturunan :
  1. Sorta Malela
  2. Ompu Taraim
  3. Ompu Soimbangon
  4. Sombu Raja
  5. Ompu Hinophop
Sejarah mencatat Buku karya A. Purba (Op. Parasian Purba dari Sidikalang) yang mengatakan : Purba Tuan Manorsa menulis dengan jujur bagaimana Tuan Manorsa membunuh istrinya, kabur meninggalkan 3 anak balita, kawin lagi dipelarian, meninggalkan istri kedua di Samosir, kawin lagi di Haranggaol. Puluhan tahun anaknya yang di Toba mencari, menapak tilas jejak ayahnya, lalu tahun 1930 menemukan akarnya di perantauan, sejarah mencatat bagaimana isak tangis keturunan yang terpisah ratusan tahun, saling memaafkan kesalahan ayah dan berdoa bersama supaya Tuhan ampuni dosa nenek moyang dan bangkitkan generasi yang takut akan Tuhan.

Tuan Manorsa bukan membunuh istrinya secara langsung, tetapi karena cemburu saat melihat istrinya boru Pasaribu sedang mencari kutu paribannya, maka dia memotong payudara istrinya lalu melarikan diri dengan meninggalkan 3 orang anak laki-laki (Sorta Malela, Op. Taraim. Op. Soimbangon) karena dikejar Raja Pasaribu. Kemudian oppung boru meninggal (mungkin karena infeksi dan hipovolemia atau kurang darah). Dan menetap di Samosir. Kemudian merantau ke Simalungun dan saat pulang ke Samosir menemukan istrinya sudah meninggal. Lalu membawa kedua putranya ke Simalungun dan menikah lagi di Simalungun. kemudian Tuan Manorsa kawin lagi dengan boru Tamba dan punya dua anak laki-laki (SungguRaja & Op Hinophop). Ompu Hinokkop memiliki 2 keturunan, yakni : Tondang dan Tambun Saribu (Tamsar).

Silsilah Marga Cibro di Gayo

Sejarah Merga Cibro dengan mendasarkan pada tarombo (silsilah marga) secara sejarahnya berasal dari keturunan Marga Purba dari klan Raja Sumba. Purba adalah anak pertama dari Toga Simamora. Simamora adalah anak pertama dari Toga Sumba, dan adiknya adalah Toga Sihombing.

Di kemudian hari Purba dikisahkan memiliki 3 orang anak laki-laki yang tercatat yaitu, Pantomhobol, Parhorbo, dan Sigulangbatu. Semuanya masih menggunakan marga Purba yang pada awalnya diambil dari nama ayah mereka. Kedua abangnya dikisahkan menetap di Toba menurunkan keturunan marga Purba di Toba dan sekitarnya hingga berkembang ke Tanah Simalungun. Sedangkan sebagian keturunan Sigulangbatu sebagai anak bungsu dikisahkan telah meninggalkan kampung halamannya Toba menuju ke wilayah Pakpak dan dikisahkan tidak pernah kembali lagi.

Dari Sigulangbatu inilah asal muasal garis keturunan Cibro bermula, yakni dari keturunan generasi IV bernama Datu Parulas yang dikisahkan memiliki 3 orang anak laki-laki tercatat. Salah seorang yang tengah bernama Siboro, abangnya bernama Girsang yang kemudian menurunkan marga Girsang dan marga Gersang di Pakpak, Karo dan Simalungun. Adik bungsunya Tetap menggunakan nama Marga Purba yang kemudian menyebar di Tanah Simalungun.

Salah seorang keturunannya di kemudian hari berhasil menjadi salah satu penguasa di Simalungun yakni Purba Simalungun. Di kemudian hari Siboro juga memiliki beberapa keturunan laki-laki yang menyebar di sekitar daerah Tanah Dairi. Di Tanah Dairi mereka lebih dikenal dengan sebutan Cibro mengikuti aksen Pakpak. Generasi berikutnya ada yang meneruskan perantauan ke Timur menuju ke Tanah Karo di sana mereka dikenal dengan sebutan Sibero/Cibero. Di Tanah Karo ini mereka memilih bernaung di bawah kelompok Merga Tarigan salah satu induk kumpulan merga di Karo. Diduga pertimbangannya adalah karena beberapa keturunan saudara leluhur mereka yang juga telah merantau ke sana, yakni keturunan Purba dan Girsang, juga sama-sama memilih bernaung di bawah Klan Tarigan. Keturunan mereka dikenal dengan sebutan Tarigan Sibero.

Dari sana kemudian ada sebagian keturunan mereka menyebar ke arah Timur menuju ke Tanah Simalungun. Disana mereka memilih bernaung di bawah klan Purba Simalungun dengan pertimbangan hubungan darah leluhur mereka yang paling dekat dibanding kelompok klan Simalungun lainnya. Purba adalah salah satu saudara leluhur mereka yang telah menjadi penguasa di Simalungun. Kekuasaan mereka membuka pintu bagi penerimaan marga saudara sedarah leluhur mereka lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa Marga-marga saudaranya juga umumnya memilih bernaung di bawah klan Purba. Selain ke arah Timur, keturunan Sibero/Cibro itu juga ada yang meneruskan ke arah Barat menuju ke Tanah Singkil. Di sana mereka menggunakan nama merga Cibro dari Singkil. Selain itu juga ada yang merantau ke arah pedalaman Utara menuju ke Tanah Alas. Mereka kemudian dikenal sebagai Merga Cibro dari Alas dan menjadi pengusung budaya Alas. Dalam perkembangannya keturunan mereka ada yang meneruskan migrasi hingga ke Tanah Gayo. Di sana mereka menjadi orang Gayo dengan menggunakan nama Merga Cibro dari Gayo ataupun sebagian besar tanpa menggunakan nama merga lagi. Begitulah pada akhirnya mereka telah tersebar di berbagai wilayah dengan sebutan yang beragam. Untuk yang masih menggunakan marga ditemukan sebutan dan penulisan Siboro, Sibero, Cibro, Cibero, Purba Siboro, Tarigan Sibero/Tarigan Cibro/Tarigan Cibero. Di Tanah Gayo sebagian masih bisa menelusuri hubungan kekerabatan leluhuhur mereka dengan Marga Cibro.

Purba dan Lumbanbatu (marpadan)

Dari dulu sampai sekarang ini, Purba berpegang teguh untuk tidak menikah dengan marga/boru Lumbabatu. Menurut kisah dari para tetua Purba dan Lumbanbatu, perjanjian (parpadanan) ini berawal dari Raja Sigulangbatu dengan Raja Lumbanbatu yang terjadi di Bakara, huta ni sionom ompu (Toga Bakara, Toga Sinambela, Toga Sihite, Toga Simanullang, Toga Marbun dohot Toga Simamora). Kemudian, datanglah abangnya Raja Sigulangbatu, yaitu Raja Pantomhobol dan Raja Parhorbo berkata: "Dangkana do rantingna, hahana do anggina. Molo maranggi Raja Sigulangbatu tu Raja Lumbanbatu, ba dohot ma Raja Pantomhobol nang Raja Parhorbo maranggi tu Raja Sigulangbatu." Maka dari itu muncullah istilah yang mengatakan: Humbar-humbar tabu-tabu, anggi ni Purba do Lumbanbatu".


Demikianlah mengenai Sejarah dan Silsilah Marga Purba. Sebelumnya mohon maaf kalau ada yang salah dalam penulisan, kritik atau saran dapat dikirim melalui kotak komentar. Admin siap memperbaiki. Horas, Mejuah-juah, Njuah-njuah


Dikutip dari berbagai sumber

Post a Comment for "Sejarah dan Silsilah Marga Purba"